Setelah Kepergianmu
Ku selalu mengingatmu, meski ku tahu itu menyakitkan..
Ku buka handphone ku, tak ada lagi kamu yang selalu memenuhi inbox-ku,
tak ada lagi ucapan selamat pagi dan selamat tidur untukku. Tak ada lagi
canda tawamu yang selalu mengiriku dalam kebahagiaan, tak ada lagi
leluconmu yang membuatku tartawa. Tak ada lagi tatapan yang membuat
jantungku berdebar dan menyejukkan hati. Tak ada lagi genggaman tanganmu
yang selalu membuatku kuat akan setiap masalah yang menghampiriku. Tak
ada lagi pelukanmu yang membuatku tentram dan merasa aman dekat
denganmu. Kini, sekarang ada sesuatu yang hilang, tak sama seperti dulu.
Aku berharap hari-hariku bisa berjalan dengan mulus seperti biasanya.,
walau tak ada kamu disampingku. Kini, aku mencoba menjalani semua
aktivitasku seperti biasa. Dan aku bisa menjalani itu semua walau hatiku
terasa kosong, hampa tanpa ada dirimu yang menemaniku setiap harinya.
Tapi, aku harus tetap tegar dengan semua ini. Setelah kepergianmu, aku
menyadari betapa aku mencintaimu. Setelah kepergianmu, kamu merampas
semua cinta dan kebahagiaan yang kupunya, melarikan ke tempat asing yang
justru tak tahu dimana keberadaannya. Siksaanmu begitu besar untukku,
dan aku terlalu lemah untuk mendapatkan cobaan ini, aku begitu lemah
untuk mendapatkan goresan luka di benakku yang semakin hari semakin
bertambah.
Kini ku tersadar, bukan dia yang begitu tulus menyayangiku, tetapi
kamulah yang menyayangiku dan mencintaiku dengan tulus tanpa adanya
kebohongan. Jujur, aku menyesal setelah kamu benar-benar pergi
meninggalkanku disini bersama bayanganmu. Aku menyesal telah membuatmu
kecewa, padahal aku tak bermaksud mengecewakanmu. Aku menyesal lebih
memilih dia di banding kamu yang jelas-jelas kekasihku. Sudah jelas dia
itu playboy dan sudah menyakitiku berulang-ulang kali dengan
kebohongannya dan semua janji palsunya, tapi kamu berbeda, kamu begitu
menjagaku, menyayangiku, dan aku sia-siakan begitu saja. Mengapa aku
sebodoh ini?
Aku tak pernah membalas semua kebaikanmu padaku, dan aku tak pernah
menyayangimu seperti kamu yang selalu menyayangiku. Bahkan aku selalu
melampiaskan semua amarahku padamu, dan anehnya kamu yang meminta maaf
padaku. Seringkali aku membohongimu seringkali aku berkencan bersama dia
tanpa sepengetahuan kamu, dan itu berarti aku sedang bermain di
belakangmu. Setiap kamu ingin bertemu denganku, aku sering menolak. Tapi
mengapa aku tak bisa menolak dia setiap dia ingin bertemu denganku?
Bahkan jika kamu mengajaku pulang bersama, aku tak mau dan menolakmu.
Aku lebih memilih pulang bersama teman-temanku. Aku sadar itu semua
salah, tapi mengapa aku terus mengulangnya kembali? Kamu pernah berkata
kalau aku itu egois, aku tak menerima kamu berbicara seperti itu
kepadaku, dan aku marah. Aku baru tersadar aku memang egois, benar
katamu.
Dia selalu melaksanakan apa kemauanku, tapi aku tak pernah melakukan apa
yang kamu mau. Hingga beberapa minggu kemudian kamu menjauhiku, kamu
menghilang dari kehidupanku, kamu tak mengirimku kabar sama sekali. Hal
itu membuatku marah dan aku berfikir kamu memutuskan ku secara sepihak,
tanpa tahu permasalahannya apa. Kemudian, kamu menghubungiku di hari
jadianku bersama kamu. Entah mengapa aku menjadi benci padamu, mungkin
karena kamu menghilang beberapa minggu ini. Kamu mengajaku kencan di
malam minggu ini, tapi aku menolak karena kamu bukan pacarku lagi. Aku
berkata kepada kamu, lebih baik kamu pergi dari kehidupanku jangan
pernah menghubungiku lagi, cari wanita lain di luar sana yang lebih baik
dariku. Tapi nyatanya kamu malah meminta maaf padaku atas kesalahan
kemarin telah menjauhiku. Kamu bilang kamu hanya ingin mengetesku. Tapi
ini bukan cara yang benar. Aku tak bisa memaafkanmu, aku tak akan
memberikanmu kesempatan lagi. Dan itu artinya sekarang kamu dan aku
hanya sebatas teman biasa. Padahal sebenarnya aku benci dengan
perpisahan ini.
Entah mengapa jika aku mengingat itu semua, beribu-ribu penyesalan selalu menghampiriku. Apakah kamu terluka karena ku?
Kita itu seperti saling menyakiti, seperti saling mendendam tanpa tahu apa permasalahan yang sebenarnya.
Aku menangis sejadi-jadinya di dalam heningnya malam, atas dasar bahwa
aku memang benar mencintaimu. Aku merasa kehilangan sosok pahlawanku.
Sementara aku selalu melihatmu dekat dengan wanita lain, dan mengapa
wanita itu harus temanku sendiri? Kamu tak pernah tahu bahwa aku di sini
menangis melihatmu bersamanya, aku cemburu..
Aku marah pada diriku sendiri, mengapa aku sulit untuk melupakanmu?
Sedangkan kamu disana dengan mudahnya melupakanku.Tuhan..sungguh ini tak
adil bagiku. Ingin rasanya aku hilang ingatan, agar aku tak mengenalimu
dan kenangan dulu bisa terhapus di dalam memori otakku. Itulah jalan
satu-satunya untuk saat ini. Hari berganti hari, aku terus menjalani
hidupku tanpa dirimu. Dan aku merasa semakin hari aku selalu menyesali
kesalahanku padamu. Apakah kamu disana sudah mendapatkan pengganti
diriku? Aku harap kamu masih mengharapkanku, karena ku disini selalu
mengharapkan kehadiranmu dihidupku lagi. Apakah kamu disana selalu
memikirkanku?seperti aku yang selalu memikirkanmu. Aku hanya ingin tahu
isi hatimu saat ini. Apa kamu tak pernah berpikir tentang isi hatiku
saat ini? yang semakin hari semakin mendung karena tak ada lagi yang
menyinari hatiku.
Di dalam mimpiku kamu selalu ada untukku, dan kamu milikku. Tapi
ternyata, di dalam kehidupan nyata, kau hanyalah mimpi untukku dan aku
sulit menggapaimu kembali. Tak ada hal yang mampu ku perjuangkan selain
membiarkanmu pergi dan merelakanmu untuk orang lain yang pantas
menapatkanmu. Aku berusaha menikmati kesedihanku, kesakitanku hingga ku
terbiasa akan semua hal itu. Aku selalu meneteskan air mata untukmu,
padahal setiap butiran air mata yang jatuh itu semakin aku merindukanmu
dan sulit untuk melupakanmu. Kini aku merasa jatuh cinta padamu yang
bukan milikku lagi.
Tapi aku punya Tuhan, punya keluarga dan sahabat, yang selalu ada
untukku. Aku percaya Tuhan..Tuhan pasti sedang menguji kesabaranku saat
ini, dan pasti ada jalan keluar di balik ini semua. Mungkin di mataku
kamu yang terbaik untukku, tapi belum tentu kata Tuhan kamu yang terbaik
untukku. Aku percaya dan yakin bahwa skenario Tuhan adalah yang paling
indah.
Selesai
Cinta Selalu Ada
Oleh Leriani Buton
Cinta bukanlah sesuatu hal yang tabu lagi untuk dikenal
Banyak orang merasa bahagia karena cinta
Cinta akan menjadi sebuah kasih sayang...
Jika orang yang dicintai membalas cinta yang diberikan
Namun, cinta akan menjadi amarah….
Jika orang yang dicintai malah mendustainya….
Cinta takkan pernah mati
Melainkan akan tetap tumbuh disetiap
Pori-pori dan aliran darah umat manusia
Hingga akhir waktu…
Makassar benar-benar indah di kala pagi hari. Udaranya sejuk, suasananya
damai dan terasa menyenangkan. Tanpa ku sadari setahun sudah aku berada
di kota impianku. Hmmm,,,, semakin di pandang semakin terasa damai.
Pagi yang cerah ini aku dihadapakan dengan alam yang hijau dan langit
yang cerah untuk menyambut datangnya sinar mentari pagi. Sesekali di
arah timur, terlihat kemuning emas yang membahana, suara kendaraan yang
berlalu lalang dan suara si jago merah yang selalu membangunkan seluruh
umat di pagi hari. Meskipun semuanya terasa bising dan tak enak
didengar. Namun bagiku itu semua adalah keterpaduan suara musik yang
indah. Hembusan angin pun seolah tak mau kalah untuk memberikan nadanya
sendiri. Hati, jiwa, dan perasaanku pun ikut terbawa dengan semua itu.
Maha besar Allah yang telah menciptakan semua keindahan ini.
Subhanallah….
Di awal tahun 2012 ini, semua harus berubah. Tentunya menjadi lebih
baik. Hah,,, cerita di tahun 2012 akan segera di mulai. Dan yang
pastinya bersiaplah untuk semua yang akan datang padamu. Tetap
semangattttt……!!!!!!!
Hari kedua di tahun baru ini, aku menemukan teman baru yang begitu baik.
Dia selalu mengajakku chering di setiap waktunya. Dia adalah arvian.
Arvian adalah teman satu kampus dan satu fakultas denganku. Selama ini
aku tak menyadarinya, karena dulu aku tergolong orang yang kurang
bergaul dan juga pendiam. Kalaupun ada temanku, dia hanyalah Narnia dan
jesica. Arvian adalah mahasiswa yang pintar namun terkadang tak pernah
beruntung. Ada satu hal yang mesti diubah olehnya, sikap malasnya yang
selalu menggerogoti dirinya.
Terkadang dia sering datang terlambat disaat jam kuliah sudah dimulai.
Bahkan ada yang lebih parah dari itu, banyak tugas yang dia lalaikan.
Aku tahu semua ini, karena ternyata Arvian cukup terkenal di kampus
dengan julukan si malas. Dia hanya butuh motivasi. Entahlah apa yang
membuat dia seperti itu. Akupun tak tahu. Aku tak berani menanyakannya,
karena aku takut menyakiti persaannya. Terlalu sulit bagiku mencari
teman yang bisa di percaya, itulah yang menyebabkanku berusaha untuk
menjaga persahabatan ini.
Hari-hari baru menggelut dalam hidupku, Arvian teman baikku selalu hadir
di setiap lembar hari-hariku. Semakin lama, aku merasa dia semakin
berubah. Berubah menjadi anak yang manis. Sekarang dia sudah mulai
belajar membuang rasa malasnya dengan selalu tepat waktu mengikuti
jadwal kuliah dan selalu mengerjakan tugas-tugas kampus. Hah,,, aku
bahagia dengan perubahannya itu. Hal itu membuatku semakin yakin akan
sebuah perubahan. Akhirnya hal yang baik terjadi juga padanya. Memang
benar apa yang sering di katakan oleh Guru SMA ku dulu, “selalu ada
jalan untuk menuju ke arah yang lebih baik.” Namun, tak jarang jalan
yang kita tempuhi itu selalu mulus. Tetapi ada cara untuk memuluskannya
yaitu jangan pernah melupakan Tuhan di setiap hal apapun yang kita
lakukan. Dan keyakinan untuk berubah harus lebih besar dari pada sebuah
keegoisan. Yakinlah!!!! Tuhan selalu ada di setiap hal apapun yang kita
lakukan. Dan yang pastinya Dia selalu mengawasi kita.
Hari yang cerah untuk jiwaku yang cerah saat ini. Entahlah apa yang
tengah terjadi denganku. Aku merasa semuanya terasa menyenangkan bila
bersama dengan Arvian. Ya Tuhan… aku takut, persaan ini adalah cinta?
Aku takut menghancurkan persahabatan yang baik ini hanya karena
keegoisanku untuk memilikinya.
Setiap kali bertemu dengan Arvian, pasti hatiku terasa deg-degkan.
Namun, aku berusaha menyembunyikannya dan berusaha agar dia tidak tahu
apapun yang aku rasakan terhadapnya. Kami selalu bertemu di perpustakaan
untuk belajar bersama. Semua itu membuatku bahagia. Lambat laun
perasaan ini menggerogoti hatiku. Hah,,, aku pasti bisa menanganinya.
Ya, bisa!
Hingga di suatu hari, Arvian memanggilku. Dia ingin mengatakan sesuatu ke padaku.
“Vi, boleh nda’ aku nanya sesuatu ama kamu?” tanya Arvian serius.
“ hm… tentu saja” Jawabku.
“Kelihatannya kamu tidak suka menjalin suatu hubungan pacaran?”. Hahahahaha……. Aku tertawa lucu!
“Ternyata cuman ini yang ingin kamu tanyakan padaku? kamu benar-benar
membuatku ingin tertawa.” Aku tetawa ngakak. Namun, semuanya terhenti
ketika Arvian menatapku dengan serius. Sumpah,,. Bola matanya itu
benar-benar indah. Matanya mencerminkan suatu ketulusan yang membuatku
langsung terpaku menatapnya.
“Aku serius Vi. Kita kan sahabatan, jadi kamu bisa donk jawab pertanyaanku?” wajah berharap.
“Hm,,,, gimana yach harus mengatakannya? aku juga bingung ngejelasinnya.
Intinya aku harus menyelesaikan semua studiku dulu baru dech aku bisa
pacaran.” nada meyakinkan.
“Cuman itu doank?” Tanya Arvian padaku. Sebenarnya sich ada masa laluku
yang suram and sorry aku ga’ bisa certain ke kamu. Maaf yach! ini bukan
pelit, tapi ini rahasia. Hehehe…..” Wajah meyakinkan dariku.
“Ok, aku bisa engerti kok”. Akupun merasa penasaran dan balik bertanya kepada dia.
“Bdw, kenapa kamu tanyakan hal itu padaku?” tanyaku penasaran.
“tidak , cuman pengen tahu aja” jawab Arvian. Selepas itu, aku dan
Arvian pun melupakan semuanya. Dan kami pun berpisah karena aku mesti
melanjutkan jam kuliahku.
Di kost,,,,
Sambi menggoreskan tinta di atas kertas putih diaryku. “Apa sebenarnya
yang dipikirkan Arvian?” Tanya hatiku. Hah, aku berharap dia hanya
sekedar ingin tahu, bukan karena dia memiliki perasaan yang sama
sepertiku.
Entah apa yang terjadi, aku mendengar kabar Arvian dan jesica kini sudah
jadian. Ya Allah,,, mengapa hal seperti ini terulang lagi padaku?
Ketika aku mulai mencintai seseorang, ternyata dia mencintai orang lain.
Sulit bagiku melihat mereka berdua selalu bersama. Aku sebagai sahabat,
hanya bisa ikut merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh kedua
sahabatku. Namun, sebagai seorang wanita jauh didasar hatiku yang
terdalam ada luka yang sulit untuk diobati.
Arvian kini jarang bersamaku. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya
bersama jesica. Kalaupun disaat aku membutuhkannya, dia selalu membuat
banyak alasan untuk tidak bisa bertemu denganku. Hah,,, aku benar-benar
kehilangan dia.
“Maafkan atas semua kebodohan, keegoisan, dan semua kesalahan yang ku
perbuat. Aku hanya ingin kamu bicara padaku lagi. Jangan mendiami diriku
seperti ini. Ini semua membuatku tersiksa”.
Lambat laun setelah semua yang kulalui, kini aku menikmati kesendirian
ini dengan menata kehidupanku yang baru. Tak ada yang harus aku sesali.
Aku hanya butuh sebuah keyakinan untuk bisa bangkit menjadi diriku
Vianda Amryta renaldy kayak dulu lagi. Menjadi pribadi yang tegar tanpa
harus menangisi kenyataan yang menimpaku. Dunia ini begitu luas,
sehingga aku tak harus merasa sempit untuk hidup di dunia ini. Tak ada
yang bisa membuatku jatuh lagi.
Hingga suatu hari, Arvian datang padaku. Dia ingin memulai semuanya
seperti sebelum-sebelumya. Dan aku menerima dia lagi sebagai sahabatku.
Rasa yang dulu pernah ada kini telah terkikis habis oleh sang waktu.
Kalaupun masih tersisa itu mungkin 0,01%. Dan rasa 99,99% yang tersisa
hanyalah persaan sebagai sahabat.
Ketika Arvian meminta maaf karena telah menelantarkan persahabatan kami
selama ini. Dan berharap kami bisa menjadi sahabat kayak dulu lagi, aku
menerimanya dengan tangan terbuka. Ada satu hal yang selalu tertanam di
pikiranku. Menurutku, semakin banyak sahabat, semakin banyak rezeki yang
bakalan datang. Hehehe….
Aku tak mungkin tidak menerima Arvian menjadi sahabataku lagi. Karena
Aku hidup di dunia ini bukan hanya sendiri dan terlebih lagi aku tak
ingin rasa benci mengalahkan kekuatan cinta persahabat kami selama ini.
Selain itu aku tak ingin menyakiti dia dengan tidak menerimanya sebagai
sahabataku lagi. Aku hidup di dunia ini bukan untuk menyakiti orang
lain. Tapi, Aku hidup di dunia ini untuk menabur kebahagiaan di setiap
lembar-lembar kehidupanku bersama orang-orang yang mencintaiku, dan
orang yang aku cintai.
Semuanya akan berjalan dengan baik. Itulah kata yang selalu ku tanamkan
di dalam hatiku agar bisa melegakan apapun yang aku lakukan. Tetap
optimis dan membuat keyakinan bahwa semuanya akan berakhir dengan
bahagia. Bahagia bukan berarti harus membuatnya selalu menjadi sempurna.
Tapi bagaiman kita bisa membuat orang lain tersenyum tanpa harus
membuat sesuatu terlihat istimewa.
Hm…. Awan hitam menutupi cerahnya langit sore di makassar. Mungkin
sebentar lagi bakalan turun hujan. Di beranda kost, aku duduk sendiri
sambil memegang buku diaryku. Akupun terdiam dan memikirkan semua yang
telah terjadi. Sambil mengingat kembali semua kenangan-kenangan pahit
maupun manis bersama semua sahabat-sahabatku. Setelah itu aku pun
teringat Arvian, sahabatku. Sambil mengingat kenangan bersamanya, aku
meggoreskan tinta hitam diatas kertas putih diaryku.
“Aku mencintainya bukan karena keegoisanku, tapi aku mencintainya karena
dia adalah milik Yang Maha Kuasa. Aku tak harus menuntutnya untuk
mengikuti semua apapun yang aku mau. Yang aku inginkan hanyalah
kebersamaan di setiap langkah. Bila ternyata dia mempunyai rasa yang
sama seperti yang aku miliki, aku yakin Allah akan memudahkan jalannya
untuk bisa menemukan rasa itu. Tetaplah bahagia bersama jesica, walau
itu membuatku sakit. Aku sudah mengikhlaskan semuanya. Mungkin ini
adalah jalan terbaik untukku, dia dan jesica. Aku tak ingin menyakiti
hati jesica dengan cara merampas semua perhatiannya. Bila aku tak
mendapatkan hatinya sebagai pacar. Aku berharap, aku mendapatkan hatinya
sebagai sahabat.”
Genggaman Cinta-Mu
Cinta adalah anugrah dari yang maha kuasa
Semua orang memilkinya
Dan berhak mendapatkannya
Cinta bukanlah suatu musuh yang harus di benci
Tapi dia adalah sahabat yang akan selalu menemani….
Menemani di kala suka maupun duka
Terimakasih Ya Tuhan….
Karena telah memberikan cinta-Mu padaku
Melalui sosok orang-orang yang menyayangiku
Aku berharap, Engkau takkan pernah meninggalkanku
Dan takkan pernah melepaskan genggaman cinta-Mu untukku…..
Hidup memang susah untuk di tebak. Semuanya berjalan seakan sebuah cerita.
Cerita hidup yang harus kita jalani dan lalaui satu persatu. Aku
berfikir, bila aku sudah melangkah kedepan, maka aku akan terus
melangkah walau tekadang harus membuatku terjatuh. Namun, aku takkan
pernah berhenti untuk terus melangkah. Aku akan menganggap di cerita
hidup ini akulah yang jadi tokoh utamanya. Dan aku tak ingin digantikan
menjadi peran pembantu di cerita hidupku sendiri. Tetap tersenyum dengan
semua cobaan yang kuhadapi. Akan ku katakan pada setiap masalah yang
kuhadapi, kalau aku tidak sendiri dan aku masih punya Tuhan yang selalu
menyayangiku. Aku tahu disetiap serat lembar kehidupanku selalu ada
cinta yang terselip untukku. Cinta itu datang dari Tuhanku, kedua orang
tuaku, keluargaku, sahabat-sahabatku, dan orang-orang yang menyayangiku.
Semangat!!!! ^_^
THE END
“ Tak ada cinta yang lebih indah selain cinta yang diberikan Tuhan
kepada kita. Jagalah cinta yang ada pada dirimu saat ini! Jangan nodai
cintamu hanya karena sebuah keegoisan. Jika kamu salah memberi cinta,
maka cinta itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri.”
Terimakasih Cinta…. ^_@
Sebening Embun
Embun. Aku memanggilnya embun. Titik – titik air yg jatuh dari langit di
malam hari dan berada di atas dedaunan hijau yang membuatku damai
berada di taman ini, seperti damai nya hatiku saat berada disamping
wanita yang sangat aku kagumi, embun.
“ngapain diam di situ, ayo sini rei…” teriakan embun yang memecahkan
lamunanku. Aku lalu menghampirinya, dan tersenyum manis dihadapan nya.
“gimana kabarmu embun?”
“seperti yang kamu lihat, tak ada kemajuan. Obat hanyalah media yang
bertujuan memperparah keadaanku. Dan lihat saja saat ini, aku masih
terbaring lemah dirumah sakit kan?”, Keluhnya.
“obat bukan memperparah keadaanmu, tapi mencegah rasa sakitnya. Embun,, kamu harus optimis ya”.
“hei rei, aku selalu optimis. Kamu nya aja yang cengeng. Kalo jenguk aku
pasti kamu mau nangis,, iya kan? Udahlah rei,,, aku udah terima semua
yang di takdirkan Tuhan,, dan saatnya aku untuk menjalaninya, kamu jgn
khawatir, aku baik-baik aja kok”. Benar kata embun, aku selalu ingin
menangis ketika melihat keadaannya. Lelaki setegar apapun, pasti akan
sedih melihat keadaannya, termasuk aku.
***
Sudah 2 minggu tak kutemui senyum embun di sekolah. Sangat sepi yang aku
rasakan. Orang yang aku cintai sedang bertaruh nyawa melawan kanker
otak yang telah merusak sebagian hidupnya. Apa? Cinta? Apakah benar aku
mencintainya??? Entahlah,, aku hanya merasakan sakit di saat melihat dia
seperti ini. ya Tuhan, izinkan aku menggantikan posisinya. Aku tak
ingin melihat wanita yang aku sayangi terbaring lemah di sana. Tolong
izinkan aku.
Seperti biasa, aku menyempatkan diri setelah pulang sekolah untuk pergi menjenguk embun di rumah sakit.
“hai embun,, bagaimana kabarmu?”
“sudah merasa lebih baik di bandingkan hari kemarin. Gimana keadaan sekolah kita?”
“baik juga. Cuma… ada sedikit keganjalan.”
“keganjalan apa rei?”
“karena di sana tak kutemukan senyummu embun….”
“ada ada aja kamu rei,,, hahaha. O iya, kata dokter, besok aku udah di
izinin pulang lho. Aku senang banget. Kamu bisa kan jemput aku di sini”.
“apa? Serius?” tanyaku kaget dan senang juga.
“sejak kapan aku bisa bohong sama kamu. Aku serius reivan algibran. Hehehhe”.
“gak perlu sebut nama lengkapku embun azzula,, aku percaya kok”. Senang sekali bisa melihat senyum dan tawamu embun,,, bathinku.
***
Waktu terasa cepat berlalu, karena sekarang aku sudah berada tepat di
depan pintu kamar embun. Aku mengetuknya dan…” pagi embun,,”
“pagi juga reivan,, gimana, kamu dah siapkan antar aku kemanapun aku mau…?”
“siap tuan putri,, aku selalu siap mengantarmu kemanapun engkau mau. Heheheh”
“ok,, sekarang aku pengen ke taman. Tempat kita pertama kali bertemu rei,, kamu bisa antar aku ke sana kan?”.
“siip, berangkat”.
Taman ini menjadi tempat favorit kami. Sedih, suka, marah akan kami
lontarkan di tempat ini. Tempat yang penuh dengan bunga-bunga yang kami
tanam dari nol. Ya, taman ini karya kami. Taman yg terletak tepat di
belakang gedung sekolah. 1 petak tanah yg tak pernah tersentuh oleh
tangan manusia, ntah apa alasan mereka. Tanah yg tandus, bunga yg layu
telah kami sulap menjadi taman cinta yang begitu indah, yang di tumbuhi
bunga2 kesukaan kami. Sejak embun di rawat di rumah sakit, aku tak
pernah mengunjungi taman ini, walaupun dekat dengan sekolahku.
“rei, kenapa semua bunga di sini layu,, apakah tak pernah kamu rawat?”.
Tanyanya. Apa yang harus aku jawab,, aku tau, dia pasti marah.
“mereka layu karena tak ada embun di sini”. jawabku seadanya.
“embun? Bukannya tiap pagi selalu ada embun yg membasahinya?”
“tak ada yg lebih berarti selain embun azzula bagi tanaman ini, termasuk aku”. Jelasku yg membuat dia terdiam sesaat.
“maksud kamu?”, dia menatapku dalam.
“tak ada,, mereka cuma butuh embun azzula yg merawatnya, bukan embun
biasa dan aku. Mereka kesepian, karena sudah 2 minggu tak melihat senyum
dan tawamu embun”.
“ya, aku menyadarinya itu. Sahabat,,, maafin embun ya,,, maaf selama ini
embun gak bisa merawat sahabat serutin kemarin. Itu karena kesehatan
embun yg semakin berkurang. Dulu embun bisa berdiri sendiri, sekarang
embun harus menggunakan tongkat, kursi roda dan bahkan teman. Teman
seperti rei, yg bisa memapah embun. Thanks y rei..”
“eh,, ii iya, iya embun, sama sama.”
Sudah seharian kami di sini,, tanpa di sadari embun terlelap di
pangkuanku. Menetes airmataku ketika melihat semua perubahan fisik yg
terjadi padanya. Wajahnya yg pucat, tubuhnya yg semakin kurus, dan
rambutnya yg semakin menipis, membuat aku kasihan. Kenapa harus embun yg
mengalaminya? Tapi aku juga salut, tak pernah ada airmata di wajahnya.
Dia sangat menghargai cobaan yg diberikan Tuhan kepadanya, dia selalu
tersenyum, walaupun sebenarnya aku tau, ada kesedihan dibalik senyum
itu.
“rei…” desahnya
“ia embun. Kamu dah bangun ya? Kita pulang sekarang yuk,,, “ ajakku ketika dia sadar dari mimpinya.
“aku mau di sini terus rei,, kamu mau kan nemenin aku. Aku mau menunggu
embun datang membasahi tubuhku. Sudah lama sekali aku tak merasakannya”.
“tapi angin malam gak baik buat kesehatan kamu”.
“aku tau, tapi untuk terakhir kali nya rei,,, pliss…”.
“maksud kamu apa? Aku gak mau dengar kalimat itu lagi”.
“gak ada maksud apa-apa,,, kita gak tau takdir kan. Dah ah,, kalo kamu gak mau nemenin aku, gak apa-apa. Aku bisa sendiri”.
“gak mungkin aku gak nemenin kamu embun,, percayalah… aku akan selalu ada untukmu”.
“ gitu dong,, itu baru sahabat aku.” Ucapnya sambil melihat bunga-bunga di sekelilingnya.
“embun…”
“ya,,,”
“kamu suka dengan embun?”
“sangat. Aku sangat menyukainya. Embun itu bening, sangat bening. Dan
bening itu menyimpan sejuta kesucian. Aku ingin seperti embun, bening
dan suci. Menurutmu bagaimana?”
“aku juga mencintai embun. Mencintai embun sejak mengenal embun”.
“rei, kamu tau… aku ingin seperti embun. Embun yang bisa hadir dan
memberi suasana beda di pagi hari. Embun yg selalu di sambut
kedatangannya oleh tumbuhan”.
“kamu sudah menjadi embun yg kamu inginkan.”
“maksudmu?”
“tak ada”.
Aku sengaja merahasiakan perasaanku terhadapnya. Karena aku tau, tak ada
kata “ya” saat aku menyatakan perasaanku nanti. dia tak mau pacaran,
dan dia benci seorang kekasih, ntah apa alasannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Embun pun terlelap kelelahan di sampingku.
“embun,,,, embun,,,,,, bangun embun,, sekarang sudah pagi. Katanya mau
melihat embun, ayo bangun” pujukku,, tapi tak kudengarkan sahutan
darinya.
“ayolah embun, bangun. Jangan terlelap terlalu lama…” aku mulai resah,
apa yg terjadi. Kurasakan dingin tubuhnya, tapi aku menepis fikiran
negatif ku. Mungkin saja dingin ini berasal dari embun pagi.
“embun sayang,, ayo bangun. Jangan buat aku khawatir”. Lagi lagi tak
kudengarkan sahutannya. Tubuhnya pucat, dingin, kaku,,. Aku mencoba
membawanya kerumah sakit dengan usahaku sendiri. Dan,,, “ kami sudah
melakukan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. Embun sudah
menghadap sang pencipta” itulah kata-kata dokter yg memeriksa embun yg
membuat aku bagai tersambar petir. Aku lemah, jatuh, dan merasa
bersalah. Kalau tak karena aku yang mengajaknya ke taman, mungkin tak
kan seperti ini. Ya Tuhan, kenapa ini terjadi… aku tak sanggup.
***
Beberapa bulan kemudian….
Aku temui surat berwarna biru dan ada gambar embun di surat itu.
Teruntuk reivan alghibran
Embun…
Titik titik air bening yg jatuh dari langit
Dan membasahi kelopak bunga yg aku sukai.
Aku ingin seperti embun, yg bisa hadir di hati orang
Yg menyayanginya. Tapi aku tak menemui siapa orang itu???
Rei … makasih ya, dalam waktu terakhirku, kamu bisa menjadi embun di
hatiku. Dan tak kan pernah aku lupakan itu. Rei,, maaf kalau sebenarnya
aku suka sama kamu. Aku sengaja tak mengungkapkannya, karena aku tau..
sahabat lebih berharga di banding kekasih.
O ia rei,,, tolong rawat taman kita ya,, aku gak mau dia layu karena
tak ada yg memperhatikannya lagi. Karena taman itu adalah tempat
pertemuan kita pertama dan terakhir kalinya.
sekali lagi,, makasih dah jadi embun selama aku hidup dan tolong,, jadiin aku embun di hatimu ….
salam manis… embun azzula.
“Embun,,,kamu tau, pertama aku kenal kamu, kamu telah menjadi embun
dihidupku, yang menyejukkan hatiku. Dan kamu adalah butiran bening yang
selalu buat aku tersenyum, seperti embun yang selalu buatmu tersenyum.
Taman ini, bukan aku yg akan merawatnya, tapi kita. Dan taman ini tak
akan pernah mati, karena kamu selalu ada di sini, di sini rumah mu.”
Kalimat terakhirku ketika meletakkan setangkai bunga mawar yg aku ambil
dari taman di atas pusaranya. Pusara yg terletak di tengah-tengah taman
embun. Dan kunamai taman itu dengan nama EMBUN. embun.. yang tak kan
pernah mati…
the end
0 komentar:
Post a Comment